
Masyarakat Melayu pesisir Batam dan Kepri saat melakukan aksi menolak penggusuran 16 kampung di Pulau Rempang pada Rabu (23/8/2023)-Edisi/bbi.
EDISI.CO, BATAM– Warga Pulau Rempang, Kecamatan Galang, Batam kembali terusik. Mereka terusik oleh pernyataan Kepala Badan Pengusahaan (BP) sekaligus Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, dalam sebuah video yang beredar luas di masyarakat pada Minggu (27/8/2023) malam.
Sebelumnya, warga di 16 kampung yang ada di Pulau Rempang telah berbulan-bulan memperjuangkan kampung halaman mereka dari rencana penggusuran oleh pemerintah karena investasi senilai Rp381 triliun yang akan masuk ke Pulau Rempang dan Galang.
Dalam ikhtiar tersebut, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Muhammad Rudi, dalam sebuah video yang tersebar di sosial media, berkomentar tentang nilai atau harga jual rumah-rumah warga Melayu di pesisir dan taraf hidup, harkat dan martabat warga rempang.
Pernyataan tersebut mengundang reaksi geram dan kecewa masyarakat Melayu, khususnya asyarakat Pulau Rempang dan Galang yang tengah berjuang dari penggusuran.
“Jelas mengusik hati masyarakat Rempang. Ini terkait penghinaan masyarakat. Dia lupa tugas dan kewajiban pemerintah bagaimana rakyat sejahtera dan cerdas,” kata Suardi, warga Kelurahan Rempang Cate.
Baca juga: Aliansi Pemuda Melayu Kecam Pernyataan Wali Kota Batam
Suardi melanjutkan, semua warga yang melihat video berdurasi sekitar 2 menit 33 detik tersebut marah. Tidak menyangka kepala daerah yang telah lama memimpin, seperti menghina rakyatnya sendiri. Suardi mengaku baru mengalami hal tersebut.
Lebih lanjut, warga yang lahir dan besar di Kampung Monggak ini, meyakini video tersebut berkaitan dengan rencana relokasi yang disiapkan pemerintah. Apalagi disebutkan Rudi mengangkat taraf hidup masyarakat dengan menyediakan rumah senilai Rp120 juta.
Berikut transkip pernyataan Rudi terkait rumah warga dan terkait taraf hidup dan harkat martabat yang termuat dalam video tersebut:
“Kita butuh kira-kira Rp500 sampai Rp600 miliar untuk membangun jalan yang panjangnya sampai 96 kilo (Km). Coba kalau tidak ada MEG, mana terpikir di situ lagi. Bersyukur MEG masuk, rakyat dapat rumah baru. Ibu sampaikan pada mereka, pak saya bukan menghina, ibu boleh lihat rumah mereka sekarang ini. Kalau ibu suruh beli, berapa harga berani ibu beli? Ute, berapa harga rumah situ yang bibir pantai semua itu? Satu rumah kira-kira berapa? Rumah yang kayulah. Rp35 juta. Rp10 juta pun ibu tak mau beli. Betul? Tapi hari ini kita ganti Rp120 juta. Berarti hari ini saya menaikan taraf hidup dan harga diri mereka. Itupun kena marah juga.”
Aliansi Pemuda Melayu Bereaksi
Koordinator Umum Aliansi Pemuda Melayu, Dian Arniandi, mengatakan Rudi telah menyakiti hati Masyarakat Melayu.
“Kami mengecam dan mengutuk keras penyataan Rudi dalam video tersebut. Pernyataan itu menyakiti Masyarakat Melayu, khususnya masyarakat Rempang yang saat ini tengah memperjuangkan peradaban mereka,” kata Dian pada Senin (28/8/2023) malam.
Dian melanjutkan, ukuran materi yang dipakai Rudi membuat tafsir kata nyaman, bahagia, sejahtera dan kaya dalam pemahamannya menjadi sempit. Seolah-olah materi menjadi alat utama untuk mencapai hal tersebut.
Ukuran yang hanya berpatokan pada seberapa banyak orang memiliki uang dan harta benda.
Masyarakat Melayu di pesisir Pulau Rempang, lanjut Pian, nyaman dengan kehidupannya saat ini. Justru kedatangan investasi yang merusak kebahagiaan masyarakat yang sudah turun temurun mendiami kampung-kampung di Pulau Rempang.
“Rudi tidak tahu apa-apa tentang Masyarakat Melayu. Kalau dia paham, tidak akan ada rencana Relokasi ini,” kata Dian lagi.