
Edisi/ist
EDISI.CO, BATAM– Warga Kampung Sembulang Hulu, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang, menggelar nonton bareng (Nobar) pada Senin (16/10/2023) malam. Kegiatan nobar ini dilaksanakan di Posko Bantuan Hukum Tim Solidaritas Nasional untuk Rempang.
Nonton bareng ini merupakan agenda mingguan yang disiapkan warga. Selain Nobar, warga juga memiliki kegiatan lain, mulai dari Yasinan, diskusi dan makan bersama.
Nonton bareng yang ditaja pertama kali di Posko Bantuan Hukum Tim Solidaritas Nasional untuk Rempang ini, menjadi hiburan di tengah rasa bimbang yang menyelimuti Masyarakat Melayu Pulau Rempang dan Galang. Mereka gaduh akan kehilangan tanah penghidupan yang diwariskan nenek moyang mereka setelah pemerintah merencanakan Pengembangan Rempang Eco City.
Untuk diketahui, rencana pengembangan Rempang Eco City mengakibatkan warga di 16 kampung yang ada di Pulau Rempang dan Galang terancam penggusuran. Saat ini, pemerintah memfokuskan pada pembangunan kawasan industri di Pulau Rempang. Dimana pengembangan kawasan industri yang membutuhkan lahan sekitar 2.300 hektar ini termasuk tiga kampung yang dihuni warga. Yakni Kampung Pasir Panjang, Sembulang Hulu dan Sembulang.
Baca juga: Warga Melayu Rempang Berpantun dan Orasi, Nyatakan Sikap Tolak Relokasi
Satu kampung lain, Belongkeng, juga masuk dalam pengembangan di tahap awal. Di sana akan dibangun tower sebagai penanda Rempang Eco City.
Malam ini, warga menyaksikan film Mat Kilau. Film Mat Kilau ini disutradarai oleh Syamsul Yusof. Termasuk salah satu film terlaris di Malaysia tahun 2022 lalu.
Warga antusias menyaksikan adegan demi adegan dalam film berdurasi 117 menit ini. Mereka bertahan sejak awal sampai akhir film. Suara warga juga jamak terdengar sepanjang film ini diputar.
Di akhir kegiatan, ada beberapa pesan yang ditangkap warga. Pesan untuk menjaga kekompakan, menjaga sikap dan adab terhadap pemimpin. Juga berpegang pada agama sebagai landasan hidup.
Biografi Mat Kilau
Mengutip bisnis.com, Mat Kilau yang lahir dengan nama Mat Kilau bin Imam Rasu sebelum berganti nama menjadi Mohamed bin Ibrahim dengan julukan Mat Siam, adalah seorang pejuang Melayu yang berjuang melawan penjajah Inggris di Pahang. Ibunya adalah Mahda yang merupakan putri dari Tok Kaut Burau.
Mat Kilau diperkirakan lahir sekitar tahun 1865 di Kampung Masjid, Pulau Tawar, Jerantut, Pahang. Mat Kilau bin Imam Rasu lahir pada tahun 1865 di Kampung Pulau Tawar, kelahirannya jatuh pada masa pemerintahan Raja Bendahara Pahang saat itu, Tun Ahmad.
Ayahnya adalah Imam Rasu bin Shahrum atau lebih dikenal dengan Tok Gajah sedangkan ibunya adalah Mahda binti Tok Kaut Burau.
Baca juga: Antara Monggak dan Pasir Panjang, Jejak Kampung Pertama di Pulau Rempang
Mat Kilau konon ahli dalam melantunkan lantunan, zanji dan maulud dikr serta belajar dikir rebana yang dikenal dengan sebutan “Dikir Pahang”. Hobi Mat Kilau adalah bermain gasing dan bertarung buah keras. Pada usia sekitar 20 tahun, Mat Kilau menikah dengan seorang gadis bernama Yang Chik binti Imam Daud yang berasal dari Kampung Kedondong.
Imam Daud adalah seorang ustadz di Pulau Tawar, Jerantut, Pahang dan juga menjadi guru bagi Mat Kilau dan kawan-kawan. Dari hasil pernikahannya ini, Mat Kilau dikaruniai tiga orang anak.
Setelah menikah, Mat Kilau mempelajari seni bela diri dan mempelajari ilmu spiritual. Mat Kilau tidak hanya belajar silat seperti teman-temannya yang lain, ia bahkan lebih banyak belajar silat dengan menggunakan senjata seperti belati dan pedang.
Mat Kilau juga banyak belajar dari ayahnya sendiri, Tok Gajah. Ia banyak menuntut ilmu spiritual keagamaan dari Haji Montok (Hj. Utsman bin Senik) yang merupakan mufti Pahang saat itu.
Mat Kilau juga konon pernah bertapa di Gua Kota Gelanggi yang letaknya tak jauh dari Pulau Tawar untuk memperdalam ilmunya. Gua itu masih ada sampai sekarang. Menurut beberapa pendapat orang tua, goa ini bisa menghubungkan Pahang, Terengganu dan Kelantan.