Para murid sekolah di kawasan Rempang menyelamatkan diri dari tembakan gas air mata saat terjadi bentrokan antara aparat dengan warga yang menolak penggusuran, Kamis (7/9/2023)- Edisi/ bbi.
EDISI.CO, BATAM- Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam menunggu arahan dari Badan Pengusahaan (BP) Batam perihal pengosongan sekolah-sekolah pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdampak relokasi di Pulau Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Disdik Kota Batam, Tri Wahyu Rubianto.
“Kami Disdik bergantung pada rencana dari BP, kami menunggu arahan dari tim seperti apa. Sementara ini, kami meminta kepada seluruh kepala sekolah di sana untuk memperbaiki catatan inventarisasi. Sehingga nantinya mempermudah saat terjadi proses relokasi. Paling tidak aset kita aman dulu,” ujar Wahyu saat ditemui usai menghadiri kegiatan Karnaval Pentas Budaya di Komplek Pertokoan Botania 2, Kota Batam, Sabtu (9/9/2023) pagi.
Baca juga: Safe Migrant Batam Kutuk Kekerasan Aparat di Pulau Rempang
Ia menjelaskan, pasca insiden bentrokan antara warga dan aparat di Pulau Rempang pada Kamis (7/9/2023) lalu, Disdik Kota Batam memberlakukan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online hingga situasi di Pulau Rempang kondusif.
“Guru-guru di sana juga kita berikan kemudahan untuk absensi, karena mereka tidak bisa belajar secara tatap muka. Jadi tidak ada yang libur, tetap sekolah, hanya saja dilakukan secara daring,” bebernya.
Wahyu melanjutkan, pihaknya juga telah menyiapkan sekolah-sekolah di Kota Batam yang nantinya akan menjadi tempat sementara bagi seluruh pelajar yang terdampak Relokasi di Pulau Rempang agar tetap mendapatkan sarana dan prasarana pendidikan yang layak.
“Seluruh sekolah di Kota Batam sudah kami arahkan untuk bisa menerima anak-anak dari Rempang sehingga mereka bisa tetap belajar seperti biasa. Untuk datanya kami sudah ada, kita juga sudah menyiapkan simulasinya,” paparnya.
“Semuanya tergantung penempatan orang tuanya. Kalau seandainya relokasi sementaranya di Batam, kita lihat tempat tinggalnya mana yang paling dekat dengan sekolah. Sendainya lokasinya agak jauh, kita sudah koordinasi dengan Dishub untuk menyediakan bus sekolah,” tambah Wahyu.
Baca juga: Buntut Bentrok di Rempang, HMI Minta Kapolri Copot Kapolda Kepri dan Kapolres Barelang
Menurutnya, jika warga yang terdampak reloksi ditempatkan smentara di rumah susun (Rusun), akan mempermudah pihaknya dalam mengkoordinir para pelajar tersebut.
“Intinya kita sudah siapkan sekolahnya,” terangnya.

Wahyu menambahkan, pihaknya turut prihatin atas insiden bentrokan yang menyebabkan sebanyak 10 pelajar dan seorang guru harus dilarikan ke RSUD Embung Fatimah karena terkena gas air mata yang dilontarkan oleh aparat.
“Ini di luar perkiraan kami. Saat hari kejadian itu saya lagi rapat, langsung bergegas ke rumah sakit untuk melihat kondisi anak-anak. Alhamdulillah seluruh anak-anak dan seorang guru yang menjadi korban gas air mata itu dinyatakan boleh kembali, jadi tidak ada yang dirawat inap,” ujarnya.
“Saya berharap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Saya juga mohon kepada semua pihak agar tidak terpancing,” sambung Wahyu.
Baca juga: LBH Ansor Batam Minta Aparat Jangan Mentang-Mentang kepada Warga Rempang
Pasca insiden bentrokan antara warga dan aparat di Pulau Rempang pada Kamis (7/9/2023) lalu, sebanyak 8 orang warga yang diduga sebagai provokator diamankan oleh petugas kepolisian dan dibawa ke Mapolresta Barelang.
Berdasrakan informasi yang dihimpun, salah satu warga yang diamankan diketahui berprofesi sebagai guru honorer.
Ditanyakan terkait apakah ada upaya pendampingan dari Disdik Kota Batam, Wahyu menyebutkan pihaknya menyerahkan kasus tersebut sepenuhnya kepada petugas yang berwenang.
“Untuk salah seorang guru yang diamankan, karena ini prosesnya sudh berbeda, kami serahkan kepada pihak berwenang sesuai proses hokum. Tapi kami akan pantau terus seperti apa prosesnya,” kata Wahyu.
Penulis: Irvan F