EDISI.CO, BATAM- Rumah Tambah (Expandable House) Batam masuk dalam 20 besar Aga Khan Award for Architecture (AKAA) 2022. Selain Rumah Tambah Batam, Indonesia juga mengirimkan bangunan Bandara Blimbingsari, Banyuwangi bersaing dengan 16 negara lain untuk menjadi yang terbaik dan membawa hadiah sebesar 1 juta USD.
Sejak 2 Juni 2022 lalu, Rumah Tambah ( Rubah) Batam dan Bangunan Bandara Blimbingsari Banyuwangi, bersama representasi fotografis dari 18 entri terpilih dipamerkan dalam sebuah pameran di King’s Cross, London sejak tanggal 2 hingga 30 Juni mendatang. Pameran ini sebagai bagian dari King’s Cross Outdoor Art Project yang bertepatan dengan London Architecture Festival.
Baca juga: Program PSPK Jadi Model Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Batam
Dalam laman resmi AKAA, 20 proyek terpilih, dipilih oleh Juri Master Independen, dari 463 proyek yang dinominasikan untuk siklus penghargaan ke-15 di tahun 2020-2022.
Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur didirikan oleh Yang Mulia Aga Khan pada tahun 1977 untuk mengidentifikasi dan mendorong konsep bangunan yang berhasil memenuhi kebutuhan dan aspirasi komunitas di mana Umat Islam memiliki kehadiran yang signifikan.
Rumah Tumbuh Batam pada 2018-Edisi/Pemkot Batam
Sejak diluncurkan 45 tahun yang lalu, 121 proyek telah menerima penghargaan tersebut dan hampir 10.000 proyek bangunan telah didokumentasikan
Baca juga: Warga Monggak Terima Usulan Walikota untuk Bangun Jalan Baru
Proses seleksi AKAA menekankan arsitektur yang tidak hanya menyediakan kebutuhan fisik, sosial dan ekonomi masyarakat, tetapi juga merangsang dan menanggapi aspirasi budaya dimana masyarakatnya berada.
Expandable House Batam adalah prototype hunian berkelanjutan baru, dirancang secara fleksibel sesuai dengan kondisi geografis dimana penghuninya tinggal. Hunian karya ETH Zurich/Stephen Cairns bersama Miya Irawati, Azwan Aziz, Dioguna Putra dan Sumiadi Rahman ini dibangun di Kampung Melayu, Kecamatan Nongsa, Batam pada 2016 lalu.
Stephan Cairns dalam artikel “Batam Jadi Proyek Percontohan Rumah Tambah dan Tropical Town” yang dimuat pada laman infopublik.id tanggal 30 Mei 2016, menjelaskan Future Cities Laboratory (FCL) Singapura bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Pemerintah Kota Batam, Badan Pengusahaan Batam, dan Universitas Indonesia, serta Universitas Riau Kepulauan membangun rumah tambah dan tropical town ini di Batam.
Rancangan rumah dan pemukiman yang berkelanjutan, lanjutnya, untuk menyikapi cepatnya perkembangan kota-kota di daerah tropis. Pada rumah tambah ini pondasi serta atap didesain supaya bangunan bisa dikembangkan secara vertikal hingga tiga lantai. Rancangan rumah juga dilengkapi dengan beberapa teknologi ramah lingkungan.
“Seperti penggunaan panel surya sebagai sumber energi alternatif, penampungan air hujan, dan pengelolaan limbah berupa teknologi desentralisasi septic tank yang mampu menyuburkan tanah sekitar,” paparnya dalam tulisan tersebut.
Rumah Tumbuh Batam pada 2018-Edisi/Pemkot Batam
Rubah percontohan yang dibangun di Batam merupakan uji coba, atau purwarupa. Batam, dipilih karena tahun lalu disebut-sebut sebagai kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
“Jadi Batam merupakan tempat yang tepat untuk menguji coba rancangan rumah ini. Jika dianggap berhasil, tipe rumah ini akan diterapkan juga di daerah lain di Indonesia serta Asia Tenggara,” kata Stephen masih dari tulisan tersebut.
Setelah membangun rumah, maka pemukiman merupakan bagian terpenting dalam rancangan yang lebih luas. Karena itulah disiapkan juga desain Tropical Town. Menurutnya, Tropical Town bukanlah sebuah masterplan, melainkan paket gabungan antara teknologi dan konsep rancangan yang mengedepankan prinsip-prinsip berorientasi terhadap lingkungan, serta dilengkapi dengan optimalisasi kapasitas bangunan. Paket tersebut mampu menampung 6.000 penghuni dengan kepadatan 540 orang per hektare.
Sedangkan secara perencanaan kota, Tropical Town tersusun dari empat tingkatan skala, yakni skala lingkungan bertetangga, skala kampung kecil (susunan beberapa rumah bertetangga), skala kota, dan skala kawasan. Pada dua skala terakhir, diintegrasikan dengan lansekap produktif, ruang publik terbuka, dan pengolahan air limbah.
Desain tentang rumah tambah dan tropical town ini telah dipamerkan di banyak pameran internasional, termasuk di Arsitektur Biennale Rotterdam yang ke-5 ‘Making City’ pada April 2012). Kemudian ‘Smart City: The Next Generation’ the AEDES Gallery, Berlin, 17 Mei–4 Juli 2013.
Juga di Universitas Indonesia Desember 2013, ETH Zürich September 2014, dan URA ‘Future Cities: Research In Action’ January 2015. “Tropical Town juga pernah dipublikasikan di majalah Harvard Design Edisi 41, Desember 2015 yang berjudul ‘Wild City? The Migrant Settlements of Kampung Tower’,” kata dia lagi.