EDISI.CO, BATAM-Sepakbola merupakan olahraga favorit masyarakat. Gaungnya hingga ke berbagai pelosok daerah. Bahkan hampir di setiap negara, sepakbola menjadi olahraga yang paling banyak dimaninkan. Mulai dari level terendah di lingkungan masyarakat tetkecil hingga tingkat internasional.
Tak terkecuali di Indonesia. Sepakbola menjadi olahraga khalayak yang peminatnya berada di seantero nusantara. Bersanding bersama budaya, sepakbola di Indonesia hadir dengan segala keunikan masyarakatnya.
Baca juga: Gairah Ekonomi dalam Gelaran Sepakbola Tarkam di Pulau Pesisir Batam
Mulai dari sistem kompetisi, keunikan dan gaya suporter dan berbagai hal yang menjadikannya khas. Baik di level teratas hingga tingkat terendah yang dimainkan masyarakat awam.
Contohnya di Batam. Meski tidak memiliki klub profesional seperti daerah lain di Indonesia, namun atmosfir sepakbola tetap terasa bahkan sampai kepada mereka yang tinggal di pelosok kampung.
Bagi masyarakat pesisir Kepulauan Riau (Kepri) termasuk Batam, sepakbola menjadi hiburan wajib yang keberadaannya ikut mempengaruhi stabilitas ekonomi masyarakat. Sepakbola di level antar-kampung (tarkam) lebih sering diadakan dibandingkan kompetisi profesional di tingkat kota.
Dalam setahun, ada lebih dari 10 turnamen tarkam yang diadakan di kampung-kampung. Khususnya yang berada di wilayah pesisir Kepri. Galang, Bulang dan Belakangpadang adalah tiga kecamatan yang rutin mengadakan turnamen sepakbola tarkam.
Baca juga: Nostalgia Wayang Gambar di Pulau Pesisir Batam
Di level kecamatan, tarkam biasanya diadakan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Terkadang, kampung-kampung juga tetap mengadakan sehingga jumlah turnamen tarkam di Batam bisa dibilang dominan.
Turnamen Kampung Baru Open, Kelurahan Subang Mas, Kecamatan Galang, Batam, adalah satu dari dua turnamen di Kecamatan Galang yang saat ini masih berlangsung. Pada turnamen ini, sebanyak 32 tim dari kampung-kampung di sekitar Galang beradu gengsi untuk memperebutkan tropi juara.
Imbas dari hadirnya turnamen di kawasan pesisir, menghadirkan peluang baru untuk masyarakat kampung. Mereka yang menyediakan warung makan bisa mendapatkan penghasilan dari ramainya warga yang menonton turnamen.
Baca juga: Sekda Batam Buka Turnamen Sepakbola di Ngenang
Posisi Kampung Baru terpisah dengan Batam. Hal itu menghadirkan peluang lain bagi masyarakat yang menyediakan jasa penyeberangan bagi pemain dan penonton turnamen.
Muhair, 45, adalah nelayan yang sangat merasakan manfaat hadirnya turnamen di Kampung Baru. Selama turnamen berlangsung, ia berpindah sementara sebagai penyedia jasa penyeberangan. Pundi-pundi rupiah pun mengalir setiap harinya.
“Kalau pertandingan baru putaran pertama, belum ramai. Kalau sudah memasuki putaran kedua, baru banyak yang nonton. Dari pagi, saya sudah angkut orang yang mau menyeberang,” kata Muhair ketika ditemui di sela aktivitasnya mengantar penonton liga tarkam, Kamis (12/7).
Setiap hari selama turnamen berlangsung, Muhair pulang pergi menjemput penonton maupun pemain bola dari Desa Tebing Tinggi. Desa tersebut daerah terdekat menuju Kampung Baru.
Dengan jarak yang hanya kurang lebih 300 meter, Muhair yang mengangkut menggunakan sampan (perahu kecil yang digerakkan dengan dayung dari tenaga manusia) mengenakan tarif Rp 5 ribu untuk satu orang. Sampannya mampu menampung kurang lebih lima orang. Sehingga dapat menghasilkan Rp 25 ribu untuk sekali jalan.
Dalam kondisi ramai, Muhair bisa mengangkut penumpang lebih dari 15 perjalanan. Baik pergi maupun kembali ke Tebing Tinggi. “Kalau lagi ramai, saya bisa dari pagi sampai sore antar jemput penonton. Tergantung kampung mana yang bertanding. Makin mau habis turnamen, makin ramai yang datang,” ungkap Muhair dengan logat Melayunya yang kental.
Kondisi serupa juga dirasakan masyarakat lain. Meski tidak persis seperti yang dialami Muhair, hadirnya turnamen tarkam di kampung-kampung memberikan keuntungan finansial bagi masyarakat kampung.
Tulisan ini telah terbit di jawapos.com dengan judul: Tambahan Rupiah dari Menyeberangkan Suporter Bola edisi 12 Juli 2018