Sepakbola antar kampung (Tarkam) adalah kemewahan bagi masyarakat pesisir. Ia memiliki nilai-nilai kebanggaan kampung dan itu sangat laik untuk kita rayakan. Sepakbola Tarkam dan masyarakatnya adalah dua hal yang tak terpisahkan, selamanya akan tetap begitu.
catatan perjalanan edisians
EDISI.CO, BATAM- Sabtu (2/07/2022) lalu, saya dan seorang kawan menyempatkan diri berkunjung ke Pulau Ngenang, Kecamatan Nongsa, di pesisir Batam untuk menonton turnamen sepakbola antar kampung (Tarkam). Perencanaan disusun dengan cepat sehari sebelumnya, saya hanya bertanya, “ke Ngenang besok kite?” yang dijawab “boleh” dengan cepat, pertanda setuju oleh sang kawan.
Barangkali persetujuan cepat ini berkaitan dengan pertandingan yang dimainkan oleh tim dari kampungnya pada hari tersebut, dugaan saya begitu.
Kami berangkat dari Batam daratan untuk ke Batam pesisir, Ngenang. Kami pergi ke Ngenang melalui Pelabuhan Rakyat di Kampung Telaga Punggur, Nongsa. Dari Punggur ke Ngenang kami menumpang kapal pompong pengangkut barang, memakan waktu sekitar 40 menit. Kapal yang berjalan pelan dan panas menjelang tengah hari itu, membuat kami mengernyitkan dahi pertanda tak nyaman. berbanding terbalik dengan sang tekong yang santai menerima sentuhan panas, sudah biasa agaknya.
Baca juga: RALAT: Rafly dan Kampung Panau Menang, Lengkapi 4 Besar Ngenang Cup 2022
Baca juga: Drama Adu Pinalti, Monggak Lolos Ke Empat Besar Ngenang Cup 2022
Kami tiba di Ngenang menjelang waktu Solat Zuhur. Berkunjung sebentar ke tempat kawan, berbual-bual, lalu singgah ke masjid di Kampung Ngenang untuk menunaikan solat.
Waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB, karena perut sudah terasa lapar kami pun bergegas mencari warung untuk mengisi perut. Dalam perjalanan menuju warung, sudah banyak terlihat para pemain dan suporter tim yang bertanding pada hari itu berdatangan. Suasana mulai riuh, mengisi sudut-sudut kosong maupun warung di sekitaran lapangan bola di pulau Ngenang. Masyarakat di sana membentuk kelompok-kelompok kecil untuk sekedar berbual-bual menunggu pertandingan dimulai.
Kami sampai di antara deretan warung yang memanjang di tepian lapangan bola. Kami memilih satu warung yang menjual Gado-gado, Soto dan Bakso. Kedatangan kami disambut antusias sang pemilik warung yang hampir tidak berhenti berbicara kepada kami, berusaha untuk beramah-tamah khas masyarakat Melayu. Ketika kami masuk, warungnya masih sepi, barangkali kami adalah pelanggan pertama warungnya setelah hampir jam 14.00 wib.
Saya memesan Soto dan kawan saya memesan gado-gado. Pesanan saya datang agak terlambat dikarenakan prosesnya yang memang membutuhkan waktu. Pesanan saya tiba ketika kawan saya yang memesan gado-gado telah selesai makan. Ketika soto disajikan Ia berseru “Hmm enak betul soto, aromanya menggugah selera” begitu dia memuji hasil jualannya sendiri. Saya menduga, ia hanya mencoba menghibur saya yang agak lama menunggu pesanan datang atau berusaha agar kawan saya tergoda untuk memesan jualannya lagi.
Baca juga: Gairah Ekonomi dalam Gelaran Sepakbola Tarkam di Pulau Pesisir Batam
Baca juga: Sepakbola dan Hikmahnya Bagi Masyarakat Pesisir Batam
Apapun itu, saya mengakui teknik marketingnya sekelas S-3 teknik marketing Harvard, begitu kira-kira yang saya pelajari dari meme yang beredar untuk menggambarkan sesuatu yang dilakukan secara nyeleneh dan mengundang tawa.
Sembari saya makan, ia terus mengobrol dengan teman saya tentang banyak hal, mulai dari pendapatan berjualannya, kondisi sekitar lapangan sepak bola, asal-usul keluarganya hingga ke cucunya.
Selesai makan, kami membayar Rp26.000 untuk satu porsi gado-gado, 1 porsi soto, satu gelas cendol dan satu botol air mineral.
Hari ini hanya berlangsung satu pertandingan antara tim Monggak A versus tim Persijab. Hal ini dikarenakan calon lawan dari tim UPT Air yang juga bertanding hari ini yaitu pemenang antara tim tuan rumah Ngenang vs Dapur 6 didiskualifikasi oleh panitia karena terlibat keributan pada pertandingan sebelumnya. Menjadikan tim UPT Air menang secara WO karena calon-calon lawannya telah didiskualifikasi.
Pertandingan pertama dimenangkan oleh UPT Air secara WO, yang berarti tidak ada pertandingan. Kamipun kembali ke masjid untuk beristirahat karena pertandingan kedua masih sekitar setengah jam lagi baru dimulai.
Ketika kami sedang duduk-duduk beristirahat di masjid, datanglah rombongan ibu-ibu supporter Persijab yang juga beristirahat disitu sambal makan siang. Mereka larut dalam obrolan dan melempar candaan satu sama lain. Seperti ketika seorang ibu-ibu meledek seorang temannya yang tidak punya gigi “Diganti saja giginya dengan gigi sapi, sebentar lagi kan kurban” ujarnya, lalu yang lain menambahkan “Seperti pagar kelurahan kalau begitu”.
Jalannya Pertandingan
Setelah melaksanakan Solat Ashar, kami langsung bergegas menuju ke lapangan. Pertandingan baru saja dimulai ketika kami sampai. Inilah tujuan utama kami datang ke sini, menonton bola antar kampung (Tarkam).
Babak pertama pertandingan antara Monggak melawan Persijab berlangsung keras dan tidak saling jual beli serangan. Kampung Monggak lebih menguasainya jalannya pertandingan dan gencar melakukan serangan melalui umpan jauh yang beberapa kali sempat membahayakan gawang Persijab. Selain umpan jauh, Monggak juga mencoba beberapa kali membangun serangan melalui sayap, namun masih belum optimal dikarenakan penyeselesain akhir yang buruk dan disiplinnya lini belakang dari Persijab dalam menghalau serangan Monggak.
Strategi defensif Zone Marking yang diterapkan Persijab sambil sesekali melakukan Counter-Attack sukses membuat lini serang Monggak tumpul dan frustasi.
Kalau kita tidak melihat jual beli serangan pada babak pertama pertandingan ini, kita masih bisa melihat jual beli dalam hal yang lain, yaitu jual beli tekel dan pelanggaran keras antara kedua tim. Tak kurang dari sepuluh kali wasit meniup peluit akibat pelanggaran yang dilakukan kedua tim yang bertanding tersebut.
Dua kali tim medis masuk ke lapangan untuk melakukan perawatan pemain yang cedera. Ajaibnya, Tak ada kartu kuning keluar dari wasit pada babak pertama yang berakhir sama kuat 0-0.
Babak kedua baru saja dimulai kurang dari 10 menit, Persijab mencoba membangun serangan dari sisi sayap kirinya, dua pemain Monggak mencoba menghentikannya dan terjadi benturan yang cukup keras. Satu pemain Persijab tumbang akibat pelanggaran yang dilakukan pemain Monggak. Tim medis Kembali memasuki lapangan untuk menjalankan tugasnya. Kali ini cukup lama, sekitar 5 menit permainan dihentikan untuk memberikan perawatan kepada pemain yang cedera tersebut. Kartu kuning pertama pada pertandingan ini dikeluarkan wasit untuk pemain Monggak.
Permainan kembali bergulir. Masih seperti babak pertama, Monggak terus gencar melakukan serangan. Monggak membangun serangan melalui sisi kanan, sayap kanannya melepaskan crossing cantik yang berhasil disambut seorang rekannya melalui sundulan kepala, kiper Persijab sudah dalam out of position tetapi bola masih melambung di atas mistar gawang. Beberapa percobaan shooting yang dilakukan para pemain Monggak juga masih belum menemui sasaran.
Lini belakang Persijab bekerja keras untuk menghalau serangan-serangan tersebut. Pelanggaran-pelanggaran keras juga bergantian diciptakan oleh kedua tim. Memasuki 20 menit pertandingan babak kedua, kembali terjadi pelanggaran. Kali ini pemain Monggak yang harus mendapat perawatan medis akibat tekel keras pemain Persijab. Kartu kuning diberikan untuk pemain Persijab.
Di penghujung laga, terjadi sedikit insiden antara pemain Monggak bernomor punggung 16 dengan seorang pemain lawan. Rekan-rekan kedua kesebelasan dan wasit yang memimpin pertandingan dengan sigap melerai kedua pemain tersebut. Suporter kedua kesebelasan terprovokasi atas pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sehingga harus beberapa kali diperingatkan oleh panitia agar tetap menjaga ketertiban.
Hingga akhirnya wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir skor masih 0-0. Lima kartu kuning dikeluarkan oleh wasit, Tiga untuk pemain Monggak dan dua untuk pemain Persijab. Lima kali medis masuk ke lapangan untuk memberikan perawatan pada pemain yang cedera akibat benturan. Ada 8 kali shoots yang dilakukan pemain Monggak ke gawang lawan dengan dua berbuah on target dan 6 sisanya off target.
Sementara itu tim Persijab hanya mampu melakukan tiga kali percobaan ke gawang lawan dan kesemuanya off target.
Tak ada babak tambahan waktu dalam turnamen tarkam, pemenang langsung ditentukan melalui adu Pinalti. Tim Persijab menjadi penendang pertama dan gagal. Tiga penendang pertama dari Persijab dan Monggak berakhir dengan kegagalan. Bahkan melalui adu pinalti pun penonton sepertinya dipaksa harus kembali bersabar untuk melihat gol dalam pertandingan tersebut.
Kiper Monggak terlihat kecewa dengan kegagalan rekan-rekannya mengeksekusi pinalti setelah dia beberapa kali berhasil menepis tendangan lawan, Begitu juga kiper Persijab yang tampil luar biasa dalam adu pinalti kali ini, beberapa kali ia juga berhasil menepis tendangan lawan.
Baru pada penendang keempat Persijab bernomor punggung 9 berhasil melesakkan gol. Begitu juga pemain no punggung 17 dari kesebelasan Monggak, Ia berhasil mengatasi pressure dan berhasil melesakkan gol. 5 penendang pertama usai dengan skor 2-2. Adu
Pinalti kembali dilanjutkan hingga penendang ketujuh dengan masing-masing tim berhasil melesakkan gol. Momentum kemenangan Monggak terjadi ketika pinalti kedelapan Persijab bernomor punggung 4 gagal menjalankan tugasnya. Tendangannya berhasil ditepis oleh kiper Monggak.
Tim Monggak mengirim Ucok sebagai algojo, pemain bernomor 6 sebagai penendang pinalti kedelapan untuk menuntaskan tugasnya. Para pemain dan supporter terlihat tegang. Ucok mengambil bola memutar-mutar sedikit kemudian menempatkannya dengan rapi dititik putih 12 pas. Mengambil ancang-ancang dengan mundur sebanyak enam langkah ke belakang, kemudian berlari menendang menempatkan bola dengan keras ditengah gawang yang sempat membentur mistar gawang dan gol. Skor akhir 5-4 untuk kemenangan tim Monggak.
Para supporter kesebelasan Monggak bersorak sorai menyambut kemenangan timnya.
Berakhirnya Pertandingan itu berarti berakhir pula perjalanan kami. Kami bergegas sambil singgah ke warung untuk membayar beberapa gelas kopi yang kami pesan untuk menemani menonton bola. Di tengah kepulangan tadi, masih terlihat ibu-ibu ribut, suporter antar kedua kesebelasan. Antusiasme begitu nyata, begitu total dalam mendukung.
Sepakbola Tarkam adalah kemewahan bagi masyarakat pesisir. Ia memiliki nilai-nilai kebanggaan kampung dan itu sangat layak untuk kita rayakan. Sepakbola Tarkam dan masyarakatnya adalah dua hal yang tak terpisahkan, selamanya akan tetap begitu.