EDISI.CO, BATAM– Kecamatan Belakangpadang menggelar agenda kesenian selama lima hari berturut-turut dalam rangka memeriahkan HUT ke-77 Kemerdekaan RI tahun 2022.
Gelaran lima hari lima malam ini menjadi obat, sesuai dengan julukan Belakangpadang sebagai Pulau Penawar Rindu.
Baca juga: Sepakbola Tarkam adalah Kemewahan Kita di Pesisir
Camat Kecamatan Belakangpadang, Yudi Atmajianto, mengatakan pihaknya memgemas berbagai kegiatan ini sesuai dengan masukan dari masyarakat yang rindu akan kemeriahan di pesisir. Masyarakat memang menantikan kemeriahan setelah dalam beberapa tahun belakangan terhalang Pandemi Covid-19.
“Lelah memang, hanya inilah yang mampu kami lakukan untuk mengobati rindu warga di pulau. Kami semarakkan kemerdekaan melalui kegiatan budaya dan menggeliatkan ekonomi,” kata Yudi saat ditemui di Dataran Lang-Lang Laut, Belakangpadang pada Rabu (17/8/2022).
Yudi melanjutkan, pihaknya menggelar berbagai event budaya siang dan malam. Melibatkan sebagian besar masyarakat Melayu di pesisir Belakangpadang dan daerah lain di Batam dan Kepulauan Riau.
Kesenian tari, lagu-lagu Melayu, olahraga tradisional, karnaval, olahraga air khas masyarakat Melayu. Sepakbola, bola Voli dan banyak event lainnya.
Baca juga: Karnaval di Belakangpadang Asik, Amsakar Macam Tak Mau Balik
Kaitannya dengan geliat ekonomi, lanjut Yudi, adanya gelaran kesenian di Belakangpadang memberi pengaruh positif pada aktivitas transportasi laut (boat pancung) rute Sekupang-Belakangpadang dan tempat kuliner di Belakangpadang yang naik signifikan.
Jasa transportasi laut yang pada waktu normal hanya bisa melayani penumpang sekitar dua trip, kini naik bisa lebih dari empat trip.
Demikian juga dengan penyedia jasa kuliner yang tidak berhenti memasak untuk melayani kebutuhan konsumsi masyarakat pesisir Batam ini.
Upaya menjaga tradisi memeriahkan momen kemerdekaan di Pulau Penawar Rindu ini, lanjutnya, menjadi keniscayaan. Dukungan masyarakat setempat membuat apa-apa yang direncanakan sebelumnya, bisabterlaksana dengan maksimal sampai saat ini.
Yudi berharap, event ini bisa menjadi dasar peningkatan kualitas ekonomi, sosial budaya dan SDM masyarakat pesisir. Menjadi sebab lahirnya generasi yang produktif dengan berbagai inovasi yang lahir dengan kearifan budaya sebagai dasarnya.
Di kawasan Dataran Lang-Lang Laut, pusat kegiatan Pesta Anak Pulau ini, sudah dipadati masyarakat dari berbagai pulau di pesisir Belakangpadang. Mereka berduyun datang untuk menyaksikan perlombaan sampan layar (Kolek) yang memang menjadi tradisi wajib.
Lomba Kolek sendiri sudah digelar sejak tahun 50an, menjadi hiburan otentik masyarakat pesisir yang hidup dan tumbuh dari hasil laut. Kolek menunjukkan kepiawaian masyarakat pesisir memacu perahu dengan memanfaatkan angin.
Dengan kru yang ditentukan sesuai kategori, mereka berlomba menyelesaikan tantangan dari panitia memgitari perairan Belakangpadang yang sudah ditentukan.
Tahun ini, peserta diwajibkan mengitari perairan Belakangpadang dan Pulau Sambu sebanyak 2 kali sebelum masuk ke garis finish persis di depan Dataran Lang-Lang Laut.
Baca juga: Mengantar Dua Anak Suku Laut Menggapai Mimpi
Butuh waktu sekitar 90 menit untuk pemenang pertama menuntaskan tantangan tersebut. Disusul peserta berikutnya dari kategori yang berlomba.
Masyarakat menikmati perlombaan ini dengan beragam cara, ada yang bersusun di sepanjang dua pelabuhan utama Belakangpadang, ada juga yang berada di air dengan kapal-kapal kecil yang memang mereka bawa sendiri dari kampung.
Tidak hanya orang tua, anak-anak dan kaum ibu juga nampak larut dalam kesenangan ini. Ada yang membuat tenda terpal di speedboat, ada juga yang hanya menggunakan topi dan payung sebagai naungan dari panas.
“Memang setiap 17 Agustus, lomba Kolek wajib ada di sini. Setelah itu baru berlanjut ke kecamatan lain,” tutur Yudi lagi.