EDISI.CO, KESEHATAN– GeNose C19 UGM saat ini tidak lagi diproduksi. Meskipun demikian, capaian alat pendeteksi Covid-19 yang telah mendapat pengakuan internasional, akan dikembangkan untuk menjangkau deteksi lebih banyak penyakit. Hal itu disampaikan oleh penemu GeNose C19, Prof. Dr. Kuwat Triyana.
Meskipun saat ini GeNose C19 saat ini memang sudah tidak diproduksi lagi, pihaknya terus melakukan pengembangan AI selain untuk deteksi Covid-19. GeNose kedepan juga dikembangkan menjadi alat diagnostik beragam penyakit lain.
Baca juga: Fisipol UGM Luncurkan Kuliah Gratis untuk Publik lewat LMS Fisipol Online Campus
Beberapa diantaranya adalah deteksi kanker serviks melalui sampel urine pasien; deteksi TB melalui sampel nafas pasien; deteksi sepsis pada neonates lewat sampel feses pasien serta deteksi jenis bakteri pada ulkus diabetikum.
“Dalam bidang medis, beberapa mesin GeNose C19 yang merupakan mesin cadangan saat ini menjalani uji profiling yang segera dilanjutkan untuk uji diagnostik secara non-invasif untuk deteksi kanker serviks, TB, sepsis, dan jenis bakteri di ulkus diabetikum,” urainya seperti termuat dalam laman ugm.ac.id edisi 22 Agustus 2022.
“Selain untuk deteksi Covid-19, GeNose C19 yang ada saat ini nantinya bisa dipakai untuk deteksi keempat penyakit tersebut dengan sedikit penyesuaian dan modifikasi pada bagian samplingnya,” tambahnya.
Baca juga: Fisipol UGM Luncurkan Kuliah Gratis untuk Publik lewat LMS Fisipol Online Campus
Untuk diketahui, Tim GeNose C19 UGM berhasil memublikasikan data riset GeNose C19 sebagai alat skrining Covi-19 di dua jurnal internasional bereputasi pada Agustus 2022. Dua jurnal tersebut adalah ArtificialIintelligence in Medicine (AIIM) dan Nature portfolio journal (npj) Digital Medicine yang keduanya merupakan jurnal Q1.
Kuwat mengatakan tim GeNose C19 UGM telah memublikasikan sebagian riset data GeNose C19 sebagai bagian pertanggung jawaban ilmiah riset hilirisasi implementasi GeNose C19 sebagai alat skrining COVID-19. Dua publikasi tersebut merupakan tahap awal dari total data yang saat ini dalam proses penyelesaian penulisan manuskrip yaitu terkait data hasil uji klinis multisenter dan uji eksternal yang melibatkan multi institusi.
Data-data riset GeNose C19 berhasil terpublikasikan di Artificial intelligence in Medicine (AIIM), yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 7,011, berjudul Hybrid learning method based on feature clustering and scoring for enhanced COVID-19 breath analysis by an electronic nose, terbit pada bulan Mei 2022 (Vol. 129(02323), Hal. 1-13).
Baca juga: Di PPSMB UGM, Gubernur Jateng Bicara Soal Tantangan Mahasiswa dan Jodoh
Sementara dalam Nature portfolio journal (npj) Digital Medicine, yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 15,357, dengan judul Fast and noninvasive electronic nose for sniffing out COVID-19 based on exhaled breath-print recognition, terbit pada bulan Agustus 2022 (Vol. 5(115), Hal. 1-17).
“Diterimanya publikasi hasil riset GeNose menunjukkan bahwa konsep sensing infeksi dengan analisis volatile organic compound (VOC) nafas berbasis big data dan kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) dapat diterima dalam aplikasi klinisnya,”papar Kuwat saat Konferensi Pers di Ruang Fortakgama UGM, Senin (22/8).
Dengan diterimanya konsep ini, Kuwat mengatakan pemanfaatan AI dan teknologi informasi menjadi sebuah revolusi dalam memanajemen penyakit baik penyakit infeksi maupun non-infeksi. Data-data yang dikumpulkan dari pasien dengan metode tertentu secara terstandarisasi dapat menjadi sumber biomarker baru yang valid, reproducible dan terjangkau.