Setelah tujuh tahun berjuang, Zahrin yang awalnya hanya punya tiga anggota yang menyuplai Ikan Tamban untuk diolah menjadi ikan asin, meningkat menjadi sekitar 20 orang. Demikian juga dengan ibu-ibu yang bekerja membelah dan membersihkan ikan, meningkat signifikan.
Catatan Edisian
EDISI.CO, KEPRI– Warga Kampung Setokok, Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Kota Batam, Zahrin Rahmat, menjadi penerima penghargaan Semangat Kepri Award 2022 yang ditaja oleh Anggota DPRD Kepulauan Riau (Kepri), Sirajudin Nur di Atrium Barat Mega Mall Batam, Sabtu (10/9/2022) malam.
Zahrin mendapat penghargaan dalam kategori Ekonomi Kerakyatan melalui belasan tahun usahanya membangun kemandirian ekonomi di komunitas kecil masyarakat tempat tinggalnya di pesisir Batam.
Bersama Zahrin, Ikatan Teonghua Muda menerima penghargaan untuk kategori Kesehatan; kategori Kebudayaan Melayu diberikan pada Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya Melayu; kategori Pendidikan diterima oleh Mudiyanto dan untuk kategori Pemberdayaan Komunitas diberikan pada Firman dan Gani.
Baca juga: Sepakbola Tarkam adalah Kemewahan Kita di Pesisir
Penghargaan ini diyakini Zahrin tidak menjadikannya berbeda. Ia akan tetap sama dan akan semakin kuat dalam upaya menghadirkan manfaat bagi masyarakat pesisir. Penghargaan ini mengingatkannya akan perjuangan Panjang yang tidak mudah, namun ketika dijalani dengan niat yang lurus, akan terbalas.
Cemooh dan berbagai bentuk keraguan, kata Zahrin, menjadi perlakuan yang ia terima di masa awal membangun kesadaran masyarakat pesisir di kampungnya belasan tahun lalu melalui Kelompok Pengolah Pemasar (Poklahsar) Anak Nelayan Mandiri.
Zahrin Rahmat saat menjemur Ikan Tamban yang sudah dibersihkan.
Edisi/Dokumentasi Zahrin Rahmat
Langkah terjalnya bersama Poklahsar Anak Nelayan Mandiri mengubah pola ekonomi, dari semula masyarakat yang menjual langsung hasil tangkapan mereka, untuk diolah terlebih dahulu, terus ia jalani.
Hingga akhirnya setelah tujuh tahun, warga perlahan berbalik menerima dan ikut dalam memproduksi produk turunan dari Ikan Tamban ini.
“1 Juni 2009 kami membuat Poklahsar (Kelompok Pengolah dan Pemasar) Anak Nelayan Mandiri. Saat itu kami mengolah Ikan Tamban menjadi ikan asin. Oleh kelompok lain, kami dicemooh karena ikan asin itu nilainya kecil. Bahkan Ikan Tamban itu hanya jadi pakan untuk ikan-ikan dari kelompok lain di Kampung,” kata Zahrin.
Setelah tujuh tahun berjuang, Zahrin yang awalnya hanya punya tiga anggota yang menyuplai Ikan Tamban untuk diolah menjadi ikan asin, meningkat menjadi sekitar 20 orang. Demikian juga dengan ibu-ibu yang bekerja membelah dan membersihkan ikan, meningkat signifikan.
Baca juga: Gairah Ekonomi dalam Gelaran Sepakbola Tarkam di Pulau Pesisir Batam
Efek positif dari Poklahsar Anak Nelayan Mandiri melalui produk Ikan Tamban Menari, terus ada dan memberi ruang bagi hadirnya peningkatan ekonomi masyarakat di pesisir Batam ini.
Zahrin mengatakan saat ini sudah banyak masyarakat yang membangun kelompok-kelompok sendiri dengan mengoptimalkan berlimpahnya Ikan Tamban di perairan Pulau Setokok dan sekitarnya.
Ikan Tamban menari, lanjut bapak dua anak ini, semakin dikenal seiring semakin banyaknya warga yang memproduksinya. Gaung Ikan Tamban Menari, bahkan sampai ke luar negeri seperti Brunai dan Taiwan.
“Kalau pengiriman ke Malaysia dan Singapura sudah sering. Kemarin ada rencana juga untuk pengiriman ke Eropa, tapi masih kami pelajari sistemnya,” tutur Zahrin.
Sentra pengolahan Tamban Menari juga sudah didatangi instansi pemerintah dan swasta terkait dari berbagai daerah di Indonesia. Zahrin pernah menerima kunjungan dari Dinas Perikanan Papua Barat; Bangka Belitung dan perusahaan swasta dari Jakarta.
Mereka tertarik mempelajari proses pengolahan Ikan Tamban menjadi lebih bernilai seperti yang dilakukan Zahrin dan masyarakat Setokok.
Zahrin Rahmat ketika menerima kunjungan instansi yang melihat langsung pengolahan Ikan Tamban.
Edisi/Dokumentasi Zahrin Rahmat
Guru sekolah yang mengajar di salah satu sekolah negeri di Kota Batam ini, mengatakan memang nilai Ikan Tamban setelah diolah menjadi lebih tinggi. Ikan Tamban yang ketika dijual langsung hanya dihargai Rp7.000 per Kilogram (Kg) bisa menjadi Rp200.000 per Kg ketika diolah dan dikemas menjadi ikan asin.
Lebih dari itu, nilai yang jauh lebih besar, tutur Zahrin, adalah hadirnya perubahan pola kegiatan ekonomi masyarakat. Yang saat ini lebih berkembang dan melibatkan lebih banyak individu dengan peran mereka masing-masing.
Baca juga: Air Saga, Pulau Indah di Pesisir Batam dan Cerita Niko Black Metal (#1)
Hal baik lainnya, produk Tamban Menari tidak hanya ikan asin saja. Sudah bertambah dengan produk Ikan Tamban Segar; Fillet Ikan Tamban; Ikan Tamban Giling; Ikan Tamban Salai dan Kerupuk Ikan Tamban.
Limbah Ikan Tamban juga dimanfaatkan jadi pupuk organik cair (POC). Baru-baru ini, Zahrin juga mendapat tawaran dari negara tetangga Malaysia untuk menyuplai limbah Ikan Tamban. Limbah Ikan Tamban tersebut akan dimanfaatkan menjadi pakan ternak di sana.
“Dari Malaysia itu minta dibuatkan tepung untuk pakan ikan. Mereka minta 1 ton setiap bulan,” kata Zahrin.
Zahrin mengaku antusias dengan peluang dan ruang yang akhirnya hadir dari Poklahsar yang sebelumnya tidak dianggap. Akhirnya bisa memberi manfaat dan ia berharap terus berada dalam tren yang baik untuk membantu ekonomi masyarakat, khususnya di pesisir.
Terkait dengan campur tangan pemerintah, Zahrin mengaku pernah mendapat tawaran dukungan untuk peningkatan infrastruktur pelantar penjemuran Ikan Tamban. Namun bantuan yang semula antusias ia terima, akhirnya ditolak karena satu dan lain hal.
Zahrin mengaku tidak anti pemerintah, justru sangat butuh perhatian dan dukungan, terlebih dengan banyaknya peluang dan ruang yang mungkin bisa dilakukan melalui Poklahsar Anak Nelayan Mandiri ini.
Seperti peningkatan infrastruktur sentra pengolahan Ikan Tamban di kampungnya; peralatan pendukung pengolahan produk sesuai dengan permintaan pasar dan pengembangan SDM di kampungnya.
“Saat ini belum mampu memenuhi permintaan membesarkan poklahsar, karena ada fasilitas yang belum maksimal,” kata dia.
Baca juga: Air Saga, Pulau di Pesisir Batam dan Cerita Niko Black Metal (#2)
Perihal penghargaan yang ia dapat beberapa hari lalu seperti tersebut di awal, Zahrin mengaku hal tersebut sangat bernilai baginya. Pengakuan yang menjadi penyemangat.
“Semoga akan banyak pegiat-pegiat yang mendapat penghargaan. Mereka yang memberi manfaat pada masyarat, yang itu membantu pemerintah juga,” kata warga Pulau Setokok ini.
Zahrin masih terus bergerak mendukung peningkatan ekonomi masyarakat. Bersama dengan itu, ia terlibat dalam banyak program sosial. Ia menjadi bagian dari berdirinya Pesantren Alam Attaqi Modern (Pattern) di kampungnya.
Ia juga aktif bersama Yayasan Amal Kembara Indonesia (YAKIN) menyalurkan bantuan kepada masyarakat pesisir Batam yang membutuhkan. Bersama YAKIN, Zahrin sudah sampai di sebagian besar pulau-pulau di Kecamatan Galang, Bulang dan Belakangpadang di pesisir Batam. Bersilaturahmi sambal membawa bingkisan untuk janda dan jompo.
Tulisan tentang Zahrin rasanya akan kembali dihadirkan.