EDISI.CO, TEKNOLOGI- Di tengah-tengah gegap gempita 5G, para ilmuwan justru sudah melihat ke arah teknologi sistem seluler generasi berikutnya yakni 6G. Saat ini sudah ada sejumlah ide yang sedang dikerjakan dalam penelitian. Namun, dari beragam ide-ide tersebut terlihat cukup unik adanya sebuah proposal dengan gagasan baru dari University of Massachusetts Amherst.
Dalam proposal penelitiannya itu menyatakan bahwa manusia dapat digunakan sebagai antena bergerak untuk membantu sistem menjadi lebih efisien. Jie Xiong, profesor ilmu informasi dan komputer di University of Massachusetts Amherst mengatakan 6G dapat mencapai bandwidth yang lebih tinggi dan mengirimkan lebih banyak informasi dengan menggunakan Visible Light Communication (VLC).
Baca juga: 50 Persen Produksi iPhone akan Dilakukan di India Pada 2027
“VLC cukup sederhana dan menarik. Alih-alih menggunakan sinyal radio untuk mengirim informasi secara nirkabel, ia menggunakan cahaya dari LED yang dapat menyala dan mati, hingga satu juta kali per detik,” jelas dia seperti dilaporkan IFLScience, Sabtu (21/1).
“Apa pun yang memiliki kamera, seperti smartphone, tablet, atau laptop kami, dapat menjadi penerimanya,” tambah Xiong.
Baca juga: Kominfo Putus Akses Situs dan Grup Medsos Berisi Jual Beli Organ Tubuh
Hanya saja, kata Xiong, dalam penerapannya tidak dimungkiri adanya kebocoran. Kebocoran yang dimaksud dia adalah gelombang radio yang disebut sinyal RF. Untuk mengatasi persoalan itu, salah satu cara paling efektif adalah melalui gulungan kawat tembaga sederhana yang dikenakan sebagai gelang di lengan seseorang.
“Biaya pembuatan perangkat ini kurang dari 50 sen,” kata dia.
Walau begitu, penelitian Xiong baru sebatas permukaan. Diperlukan kajian-kajian tingkat selanjutnya agar hipotesanya itu terbukti bisa diterapkan. Di sisi lain, perlu juga dipertimbangkan bagaimana perasaan orang tentang menjadi antena sinyal yang bocor untuk teknologi 6G.