![](https://i0.wp.com/edisi.co/wp-content/uploads/2023/03/WhatsApp-Image-2023-03-20-at-20.05.21-e1679319955935.jpg?fit=1011%2C547&ssl=1)
Wakil Wali Kota Batam, yang juga Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting Kota Batam, Amsakar Achmad saat membuka pelatihan Tim Pendamping Keluarga Kecamatan Bengkong di Aula Kantor Camat Kecamatan Bengkong, Batam pada Senin (20/3/2023)-Edisi/Pemko Batam.
EDISI.CO, BATAM– Kota Batam berhasil menurunkan angka jumlah keseluruhan penyakit dalam waktu tertentu (Prevalensi) gagal tumbuh kembang anak akibat gizi kronis (Stunting) dalam beberapa tahun terakhir. Dari tahun 2020 dengan prevalensi sebesar 7,21 persen, turun menjadi 6,02 persen di 2021. Berlanjut di 2022 dengan angka prevalensi yang turun menjadi 2,4 persen saja.
Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, mengaku senang dengan capaian ini. Ia juga bergembira, karena warga Batam yang masuk dalam Tim Pendamping Keluarga, bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga berdampak signifikan pada turunnya angka Stunting.
Amsakar yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Batam, menuturkan kerja keras tim di lapangan yang turun langsung menjangkau masyarakat sampai ke tingkat keluarga, berkontribusi besar dalam suksenya pendampingan, laik mendapat apresiasi dan penghargaan.
“Batam masuk kategori daerah dengan penanganan Stunting sangat baik. Dari waktu ke waktu grafik menukik ke bawah. Artinya kerja tim sudah on the track, berjalan pada relnya,” kata Amsakar saat hadir dalam kegiatan Pelatihan Tim Pendamping Keluarga Kecamatan Bengkong, di Aula Kantor Camat Kecamatan Bengkong pada Senin (20/3/2023).
Baca juga: Kepri Jadi yang Terbaik Tangani Covid-19 di Sumatera
Untuk diketahui, Pelatihan Tim Pendamping Keluarga Kecamatan Bengkong berjumlah 105 orang. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok, dengan komposisi tenaga kesehatan, kader PKK dan kader KB.
Lebih lanjut, Amsakar mengatakan sebagai ujung tombak yang mampu menyentuh individu dalam sebuah keluarga, Tim Pendamping Keluarga setidaknya memiliki dua kontribusi besar.
Pertama, berkontribusi untuk bangsa dan negara. Amsakar menjelaskan kalau tidak akan menjadi nyata mimpi bonus demografi Indonesia pada tahun 2035 dan Indonesia Emas pada 2045, kalau kalau bayi-bayi dan anak yang lahir sekarang ini beresiko Stunting.
“Mimpi bonus demografi yang berkontribusi positif bagi bangsa, mimpi mewujudkan Indonesia Emas pada 2045, adalah omong kosong dapat dipenuhi, kalau bayi-bayi dan anak yang lahir sekarang ini beresiko Stunting. Jadi ini tugas jihad visabilillah, niatkanlah dalam hati, bekerjalah secara iklas,” tuturnya lagi.
Kedua, upaya mencegah Stunting berarti kita menyelamatkan generasi ke depan. Memberi harapan kepada keluarga terkait tumbuh kembang generasi penerus mereka di kemudian hari.
Kepada para peserta pelatihan, Amsakar meminta mereka untuk menjaga betul amanah yang diberikan dengan baik. Karena untuk penanganan stunting, tidak selesai di Amsakar saja, BKKBN saja dan camat saja. Butuh kolektivitas dan peran semua pihak.
“Dan yang betul-betul menjadi ujung tombak kami, yang kita harapkan melakukan kerja besar justru ada di tangan ibu-ibu sekalian yang ditunjuk sebagai Tim Pendamping Keluarga,” tutur Amsakar lagi.
Terkait dengan teknis pelatihan Tim Pendamping Keluarga ini sendiri, Desri Mulyono yang menjadi perwakilan BKKBN dalam kegiatan tersebut, menuturkan pelatihan ini menjangkau 544 tim yang berisi sekitar 1.600 anggota Tim Pendamping Keluarga di Kota Batam. Pada prosesnya pelatihan sudah dilakukan serentak untuk Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mulai 17 sampai 23 Maret 2023 mendatang.
Kegiatan Pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang holistik, integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di antara pemangku kepentingan.
“Kita membentuk Tim Pendamping Keluarga di lini lapangan, setiap kelurahan minimal satu tim pendamping. Dalam setiap tim ada unsur dari kesehatan, kader KB dan kader PKK,” tutur Desri.