
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, K.H. Yahya Cholil Staquf dalam puncak acara Resepsi Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, pada Selasa (7/2) pagi-Edisi/@YahyaCStaquf.
EDISI.CO, NASIONAL– Agama diyakini menjadi bagian dari solusi atas krisis di tingkat global. Hal itu mengemuka dalam forum yang membahas tentang Fikih Peradaban.
Seperti termuat dalam laman jatman.or.id Fikih Peradaban santer terdengar menjelang perhelatan Satu Abad Nahdlatul Ulama, yaitu Forum Agama G20 atau Religion Twenty (R20) dan Muktamar Internasional Fikih Peradaban.
R20 yang digelar di Bali pada 2-3 November 2022 lalu merupakan forum yang dihadiri ratusan pemimpin agama, sekte, dan kepercayaan dari berbagai dunia. Sementara itu, Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang digelar pada 6 Februari 2023 lalu menjadi ajang diskusi para mufti dan pakar hukum Islam dari berbagai belahan dunia.
R20 mengangkat tema “Mengungkap dan Mengembangkan Agama sebagai Sumber Solusi Global”, sementara Muktamar Fikih Peradaban mengangkat tema “Membangun Landasan Fiqih untuk Perdamaian dan Harmoni Global”.
Di laman yang sama, Dekan Fakultas Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta KH. Ahmad Suaedy, mengatakan untuk mengenalkan fikih peradaban kepada masyarakat, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf, akan menyampaikan gagasan supaya dapat menjadi solusi bagi sejumlah krisis dalam hubungan antarbangsa dan negara.
“Forum di UIN ini hendak memberikan informasi dan pemahaman termasuk menguji pemikiran fikih peradaban. Maka, forum ini menghadirkan para ahli dan profesor, yaitu ahli geopolitik dan konflik global, ahli politik Indonesia, ahli gerakan Islam internasional, dan ahli hukum Islam,” jelas Kiai Ahmad.
Baca juga: Rp73 Miliar untuk Guru Madrasah di Daerah 3T
Presentasi mengenai gagasan fikih peradaban itu disampaikan Gus Yahya dalam Seminar Nasional Fikih Peradaban di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (27/3) lalu.
Kiai Ahmad mengatakan fikih peradaban tidak mudah dipahami oleh berbagai pihak, termasuk para akademisi Islam.
“Sebagai gagasan besar, fikih peradaban tidak mudah dipahami dan segera ditangkap oleh berbagai pihak termasuk para akademisi,” kata Ahmad Suaedy.
Presentasi Gus Yahya mengenai gagasan fikih peradaban sebagai solusi atas sejumlah krisis dalam hubungan antarbangsa itu nantinya ditanggapi oleh sejumlah guru besar, seperti Prof. Aleksius Jemadu, Siti Zuhro, Noorhaidi Hasan, dan Ali Munhanif.