“Tulisan ini dibuat oleh Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad. Ia aktif sebagai pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi, FISIPOL UGM, Yogyakarta bidang Komunikasi Politik, Komunikasi Publik dan Pemasaran Politik.
Nyarwi merupakan alumnus the Media School, Faculty of the Media and Communication, Bournemouth University, UK dengan spesialisasi Komunikasi Politik dan Marketing Politik“
Catatan Edisian
Meski saat ini tidak memiliki jabatan kuat di partai politik, Jusuf Kalla (JK) memiliki tiga jenis kekuatan politik yang diperlukan atau dapat memberikan manfaat bagi para ketua umum partai politik (Parpol) yang saat ini masih galau dalam penyusunan koalisi maupun penentuan calon Presiden (Capres) dan calon Wakil presiden (Cawapres) jelang pemilihan umum presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
- JK merupakan mantan ketua umum Partai Golkar
Para loyalis JK di Golkar dan tokoh-tokoh di partai ini yang sejalan dengan gaya, visi dan model kepemimpinan dengan JK saya kira masih banyak. Sikap dan pendapat JK memang tidak akan secara langsung berdampak pada arah orientasi politik organisasi partai Golkar. Namun sikap dan pendapat JK sangat potensial mempengaruhi arah kebijakan politik yang akan diambil oleh pimpinan Golkar, termasuk dalam menentukan arah koalisi maupun pasangan Capres-Cawapres untuk menghadapi Pilpres mendatang. - JK merupakan satu-satunya tokoh parpol di Indonesia yang pernah menduduki jabatan sebagai Cawapres dalam dua pemerintahan yang berbeda.
JK menduduki jabatan sebagai Wakil Presiden RI di era periode pertama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan di era periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pengalaman JK menjadi Cawapres SBY tahun 2004 dan Cawapres Jokowi 2014 menandakan JK memiliki tiga pengalaman berharga, pertama dalam menyusun dan mengelola koalisi parpol untuk mendukung pasangan Capres-Cawapres, kedua pengalaman dalam memenangkan pertarungan Pilpres 2004 dan 2014 dan ketiga pengalaman dalam mengelola Pemerintahan bersama presiden terpilih periode 2004-2009 dan 2014-2019.
Tiga jenis pengalaman JK tersebut jelas menjadi pengetahuan yang berharga bagi para ketua umum partai yang saat ini masih galau untuk merumuskan blok koalisi yang solid maupun untuk menentukan pasangan Capres-Cawapres yang dapat mereka usung dan menangkan dalam kampanye Pilpres 2024 mendatang.
- JK juga merupakan sosok pengusaha yang tidak hanya mengerti dunia bisnis, namun juga berpengalaman dalam dunia politik.
Sebagai pengusaha, saya kira JK memiliki beragam jenis jaringan ekonomi dan bisnis. Kedua jenis jaringan ini tidak hanya berguna ketika masing-masing ketua umum parpol yang saat ini masih galau menyusun blok koalisi dan mengusung pasangan Capres-Cawapres untuk didaftarkan ke KPU saja.
Kedua jenis jaringan tersebut juga diperlukan ketika masing-masing parpol, caleg dan capres-cawapres nya memasukan periode kampanye bertarung untuk memangkan pemilu dan bahkan ketika mereka memenangkan Pileg dan Pilpres 2024 sekalipun.
Siapapun yang menjadi pemenang Pileg dan Pilpres 2024 tentu ingin menunjukkan ke pemilih bahwa mereka mampu mengelola kekuasaan, menjalankan roda pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tanpa kedua jaringan tersebut, tentu tiga hal itu sulit mereka wujudkan.