EDISI.CO, PESISIR– Jejak Rempang di Koran Belanda, Java Bode yang terbit pada tanggal 16 Desember tahun 1854, berkisah tentang seorang pimpinan perompak bernama Panglima Amat. Ia memiliki cacat di tangan yang dikenal luas saat itu.
Panglima Amat, dalam tulisan tersebut menyerang sebuah kapal yang membawa delapan orang tionghoa di perairan antara Lobam dan Rempang. Untuk diketahui, Lobam saat ini berada dalam administrasi Kabupaten Bintan, sementara Rempang berada dalam wilayah Kota Batam.
Saat itu, Panglima Amat bersama 10 anggotanya meluncurkan dua tembakan. Tembakan tersebut membuat seluruh penumpang berhamburan ke laut. Serangan berlanjut dengan lemparan batu dan tombak.
Akibatnya, dua dari delapan warga tionghoa tenggelam, dua lainnya terluka. Sisanya berhasil terhindar dari serangan Panglima Amat.
Panglima Amat merompak isi kapal, lalu pergi meninggalkan kapal tersebut. Ke-6 korban keganasan Panglima Amat lalu kembali ke kapal tersebut.
Baca juga: YLBHI: Masyarakat Pulau Rempang Harus Diakui dan Dilindungi Negara
Malam setelah kejadian perompakan itu, pemerintah setempat mengirimkan empat sampan-pandjang yang bersenjata, yang dikerahkan oleh 40 orang untuk melacak perompak-perompak yang sudah lama menjadi ancaman dalam pelayaran kecil di perairan ini.
Berikut tulisan asli artikel tersebut:
Riouw. De in de wateren van Riouw gestationneer- de schoenerbrik Egmond, was van den lsten tot den 12den November 1854 op eenen kruistogt geweest in Straat Riouto, op de noordkust van Baltam en naar de Karimon-eilanden, doch had geene roovers of verdachte vaartuigen ontmoet.
Den 16den November jl. werd tusschen de eilanden Lobam en Rempang eene praauw, waarop zich acht chinezen bevonden, aangevallen door eene sampan-pan- djang, bemand met 11 maleijers, die twee schoten op hen deden.
De acht chinezen sprongen te water, doch werden ook daar door steenworpen en werpspiezen der maleijers ge- volgd. Bij deze gelegenheid verdronken twee hunner; twee anderen werden gewond.
De roovers vertrokken, nadat de maleijers alles ge- roofd hadden wat op de praauw was; de zes overge- bleven chinezen kropen toen weder in hunne praauw. Daar de aangevallen chinezen hadden opgemerkt dat de aanvoerder dier roovers een gebrek aan zijne hand had verkeerde men in het. denkbleed, dat die aanvoer- der de beruchte panglima Amat is, over wiens stroop- togten de Singapore Free-Press in het begin dezes jaars klaagde en die zich toen te Siak ophield.
Denzelfden avond, nadat het ongeval was vernomen, zijn door het plaatselijk bestuur vier goed gewapende sampan-pandjangs, bemand met 40 man, naar zee ge- zonden, ten einde de roovers die sedert lang de schrik der kleine vaart in Jdeze wateren zijn, op te sporen.
*Sumber: Java-Bode: surat kabar berita, perdagangan, dan iklan untuk Hindia Belanda edisi 16-12-1854.