EDISI.CO, BATAM– Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Ansor Kota Batam membuka posko bantuan hukum di Pulau Rempang, Kelurahan Sembulang pada Jumat (15/9) malam. Lebih dari 60 orang warga Sembulang Hulu ikut berdiskusi dan menyampaikan keluhan-keluhan terkait permasalahan di Pulau Rempang.
Sekretaris LBH Ansor Batam, Sholihul Abidin, Koordinator Advokasi LBH Ansor, Supardi, Humas LBH Ansor Batam, Shon Haji dan Takat Prasetyo hadir dalam pembukaan Posko. Kegiatan dimulai pada pukul 20.00 WIB dengan acara Istighosah dan pembacaan doa kemudian dilanjut dengan diskusi hingga pukul 23.45 WIB.
Sekretaris LBH Ansor Kota Batam, Sholihul Abidin, mengatakan dalam diskusi pembukaan posko LBH Ansor, warga menyampaikan berbagai masalah yang saat ini mereka hadapi.
“Jadi kalau siang hari warga, terutama bapak-bapak, banyak yang pergi ke kebun, ke hutan dan juga ke laut untuk menghindari pendataan yang dilakukan petugas. Bahkan ibu-ibu juga banyak yang mengusir petugas yang hendak melakukan pendataan,” jelasnya.
Baca juga: 130 Organisasi Masyarakat Sipil Desak Pemerintah Hentikan Proyek Rempang Eco-City
Menurut Abidin, kehadiran Posko LBH Ansor di Kelurahan Sembulang tidak hanya tentang pendampingan hukum saja. Melainkan juga memberi rasa tenang dan aman.
“Saat ini masyarakat sudah hilang kepercayaan sehingga tidak tahu harus mengadu kepada siapa. Itu yang banyak disampaikan warga dalam diskusi pembukaan Posko LBH Ansor,” terang Dosen di kampus swasta Batam itu.
Mang Jaja, warga Sembulang yang beraktivitas sebagai petani di Sembulang menyambut hangat kehadiran tim LBH Ansor Batam yang membuka Posko di Kampungnya, Sembulang Hulu.
“Kami berterimakasih ada kawan-kawan dari LBH Ansor Batam yang telah membuka Posko bantuan hukum di sini. Terus terang ini menjadikan hati kami sedikit tenang dalam situasi daerah kami saat ini,” tuturnya dalam diskusi.
Sutaji, salah satu ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kelurahan Sembulang, juga antusias mengikuti diskusi pada malam itu.
Ia mengajak semua warga yang hadir agar mau menyampaikan keluhan maupun pertanyaan kepada tim LBH Ansor Kota Batam.
Tak hanya bapak-bapak, puluhan warga yang ikut hadir dalam diskusi di pembukaan Posko LBH Ansor Batam di Sembulang juga terdiri dari ibu-ibu dan pemuda.
Suasana pun menjadi cair pada malam itu. Ketegangan di wajah masyarakat Sembulang perlahan berkurang ketika dalam diskusi diselingi banyak humor dan candaan.
“Ini tiap malam pasti ramai mas. Pasti warga banyak yang dating dan berkumpul di sini,” ujar Sutaji.
Demikian halnya dengan perempuan paruhbaya yang akrab disapa Mak Long, ikut merasakan hati yang lega saat berada di kerumunan warga yang tengah berkumpul dan berdiskusi.
Baca juga: 259 Tenaga Honorer Batam Dinyatakan Lulus PPPK Lewat Jalur Optimalisasi
“Tiap hari saya takut terus selama ini. Terkadang saya mengunci pintu supaya tidak ada petugas yang masuk rumah. Pokoknya kami gak mau dicabut dari tanah moyang kami,” ujar Mak Long.
Dalam diskusi tersebut warga juga membahas masalah pertanian yang belum diperhatikan dalam isu-isu permasalahan di Pulau Rempang. Padahal di Sembulang sendiri mampu menyumbang 10 hingga 12 ton sayuran per hari untuk mensuplai kebutuhan di Kota Batam.
Jika pertanian ditutup, maka efek-efek lain juga akan banyak yang muncul seperti kelangkaan sayur yang bisa mendorong kenaikan harga, hilangnya pekerjaan dari rantai pekerjaan sayuran, hingga naiknya pengeluaran untuk kebutuhan sayur bagi masyarakat di Kota batam.
“Saya kira efek domino dari hal ini juga penting diperhatikan,” terang Mang jaja.
Penulis: Irvan F