EDISI.CO, BATAM– Warga Pulau Rempang menggelar peringatan momen perjuangan warga mempertahankan kampung yang berujung kerusuhan antara warga dan tim terpadu yang terjadi di Kampung Tanjung Kertang pada 7 September 2023 lalu.
Pada momen peringatan 7 September 2023 itu, warga Pulau Rempang terus menyerukan penolakan terhadap rencana relokasi. Seruan itu dilaksanakan dengan cara damai, tanpa kerusuhan.
Seperti diketahui, pada momen 7 September 2023 lalu, warga mencoba menghadang tim terpadu yang akan melakukan pengukuran tata batas hutan di Pulau Rempang. Bentrokan tak terhindarkan saat itu, menimbulkan korban luka. Termasuk anak-anak sekolah yang terkena gas air mata.
Delapan warga diamankan akibat bentrokan tersebut. Mereka langsung ditetapkan sebagai tersangka. Status itu belum gugur walaupun saat ini ke-8 warga tersebut telah mendapatkan penangguhan penahanan. Mereka menjalani wajib lapor di Mapolresta Barelang dua kali dalam seminggu.
Warga bersuara, bergantian menyampaikan pesan untuk mereka yang hadir. Memaknai momen perjuangan sebagai ikhtiar yang harus tetap hadir demi menjaga kampung peninggalan nenak moyang mereka ini.
Warga juga berharap, peringatan yang perjuangan yang dirangkaikan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriyah ini, mendaptkan syafaat dari Rasulullah SAW. Memberikan kekuatan dan keteguhan pada warga Pulau Rempang yang terus berjuang.
Peringatan ini ditutup dengan doa bersama. Harapan agar persoalan yang melanda Pulau Rempang dan masyarakatnya segera selesai dan menghasilkan keputusan yang berpihak pada terjaganya kehidupan masyarakat Melayu di kampung-kampung yang ada di Pulau Rempang ini.
Warga kemudian berkumpul, mengangkat spanduk dan karton berisi tulisan penolakan terhadap rencana penggusuran.
Di Kampung Tanjung Kertang, Kelurahan Rempang Cate, peringatan perjuangan 7 September 2023 lalu ini dikemas dalam rupa Solat Hajat dan Doa Bersama Masyarakat Rempang Galang. Ini adalah momen kedua Solat Hajat dan Doa Bersama dilakukan.