EDISI.CO, CATATAN EDISIAN– Crowdlending tengah menjadi tren di industri keuangan belakangan ini, khususnya di negara-negara Asia seperti Singapura dan Indonesia. Meski begitu, aspek kepercayaan masih menjadi tantangan besar untuk industri bisa berkembang.
Crowdlending sebenarnya hanyalah nama lain dari peer-to-peer lending atau pinjaman online (pinjol), yang kerap mendapat cap negatif karena berbagai permasalahan seperti bunga tinggi dan aktivitas penagihan yang tidak bertanggung jawab, terutama yang diselenggarakan oleh pinjol ilegal.
Bedanya dari pinjol pada umumnya, crowdlending memungkinkan individu meminjamkan uang kepada peminjam yang tidak dikenal hanya dengan beberapa klik mouse. Model ini juga membuka peluang bagi investor untuk menanamkan uangnya ke berbagai kampanye atau usaha mikro dan kecil-menengah (UMKM). Platform crowdlending yang ditujukan untuk kepentingan produktif alih-alih konsumtif ini sebenarnya memberikan dampak positif.
Singapura dan Malaysia, misalnya, memiliki pasar crowdlending yang relatif matang dan teratur dengan platform seperti Funding Societies dan MoneyMatch, yang fokus pada pinjaman UMKM dan beragam produk keuangan. Di sisi lain, Indonesia memiliki platform seperti Modalku, Modal Rakyat, dan Akseleran yang menyediakan berbagai pinjaman termasuk syariah.
Namun, ketika algoritma dan transaksi virtual menggantikan interaksi tatap muka, masalah kepercayaan menjadi krusial. Dari sisi investasi, tak mudah untuk mempercayakan uang hasil jerih payah ke platform online karena absennya kehadiran sosial atau fisik. Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran sosial bisa meningkatkan kepercayaan ketika seseorang melakukan transaksi keuangan, misalnya ketika berbelanja.
Minimnya kepercayaan berpotensi membuat start-up yang bergerak di industri keuangan mengalami kesulitan dalam mengakuisisi ataupun mendistribusikan dana. Misalnya, investor potensial bisa saja merasa khawatir dan tak aman untuk menanamkan uang mereka di start-up crowdlending yang menawarkan platform investasi online sebab perusahaan belum memiliki reputasi yang mapan.
Menetapkan kepercayaan antara platform dan penggunanya untuk memastikan pengalaman investasi yang aman dan terpercaya amatlah penting. Untuk memahami bagaimana sebenarnya investor membangun kepercayaannya terhadap crowdlending, tim peneliti dari Monash University, Singapore Institute of Technology, dan George Washington University melakukan penelitian dengan menggunakan survei berbasis kuesioner. Data dikumpulkan dari partisipan yang sedang berinvestasi atau memiliki pengalaman meminjamkan uang di platform crowdlending di Singapura.
Membangun kepercayaan di arena crowdlending
Crowdlending tumbuh pesat di Asia akibat peningkatan akses internet, kekecewaan terhadap perbankan tradisional, dan permintaan kredit yang tinggi dari UMKM dan individu.
Selain itu, crowdlending memberikan layanan yang lebih cepat dan ringkas dibandingkan dengan perbankan tradisional. Platform online inovatif ini memungkinkan peminjam terhubung dengan pemberi pinjaman tanpa perlu perantara fisik tradisional serta menawarkan jalur investasi alternatif yang semakin populer bagi pemilik dana.
Sama seperti bentuk pinjaman yang lain, crowdlending melibatkan risiko potensial bagi investor seperti peminjam yang gagal bayar. Untuk meminimalkan risiko ini, platform selayaknya beroperasi di bawah lisensi dan regulasi resmi oleh otoritas keuangan, untuk di Indonesia misalnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Untuk melihat apa upaya yang dibutuhkan dalam membangun kepercayaan terhadap platform crowdlending yang tengah pesar berkembang ini, kami mengumpulkan jawaban kuisioner dari 232 partisipan. Karakteristik sampel menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 26 hingga 35 tahun, dengan latar belakang industri yang beragam, termasuk keuangan dan asuransi, serta aktivitas teknis.
Kuesioner yang kami susun mencakup tujuh variabel, yakni isyarat pinjaman, manfaat yang dirasakan, mitigasi risiko, isyarat peminjam (aktivitas dan riwayat peminjam), pengaruh sosial, kualitas teknologi yang dirasakan, dan kepercayaan dalam crowdlending. Kami menyempurnakan metode pengukurannya dengan berkonsultasi dengan praktisi dari sebuah perusahaan start-up crowdlending di Singapura.
Penelitian ini mendukung hipotesis bahwa isyarat peminjam, mitigasi risiko, dan kualitas yang dirasakan, berpengaruh positif terhadap kepercayaan dalam crowdlending.
Isyarat pinjaman berkaitan dengan informasi bunga dan tenor pinjaman. Bunga yang tinggi menandakan pinjaman berisiko tinggi.
Mitigasi risiko adalah langkah antisipasi jika terjadi gagal bayar oleh peminjam. Untuk melindungi investor, platform crowdlending seharusnya mengasuransikan pinjaman agar pokok investasi tetap bisa dikembalikan jika terjadi gagal bayar.
Sementara, kualitas teknologi platform berkaitan dengan ketersediaan fitur, dukungan dari platform, dan kemudahan fasilitas yang diberikan kepada investor untuk menavigasi platform crowdlending dan melakukan penelusuran mengenai investasi yang sudah mereka lakukan di crowdlending.
Sebagian besar responden menganggap ketiga faktor tersebut penting: 76% untuk isyarat pinjaman, 95% untuk kualitas teknologi, dan 91% untuk mitigasi risiko.
Artinya, ketiga faktor tersebut berkontribusi pada pembentukan kepercayaan investor ketika mereka menginvestasikan uangnya di platform crowdlending.
Baca juga: Akar Bhumi Indonesia Ajak Peduli Lingkungan lewat Program One Shirt One Tree
Namun, penelitian ini tidak menemukan dukungan yang signifikan untuk hipotesis terkait isyarat pinjaman, manfaat yang dirasakan, serta pengaruh sosial yang memengaruhi kepercayaan dalam crowdlending.
Strategi kunci untuk menjamin pertumbuhan industri
Penelitian kami mengidentifikasi strategi kritis bagi penyedia crowdlending, baik yang ada sekarang maupun yang akan berdiri di masa mendatang. Rekomendasi kami menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kepercayaan dan manajemen risiko yang efektif.
Rekomendasi bagi platform
1. Kedalaman data peminjan
Salah satu aspek kritis dari platform crowdlending adalah merekam informasi peminjam yang komprehensif untuk pinjaman pribadi dan bisnis. Kedalaman data peminjam ini sangat penting dalam membantu pemberi pinjaman menilai kepercayaan calon klien secara akurat.
2. Melibatkan pihak ketiga untuk verifikasi
Platform dapat menerapkan mekanisme untuk memverifikasi informasi peminjam untuk membangun kepercayaan melalui institusi pihak ketiga yang terpercaya, seperti biro kredit atau lembaga pemerintah. Pendekatan ini membantu mengatasi masalah seleksi yang merugikan, yakni ketika pemberi pinjaman mungkin memberikan kredit kepada peminjam berisiko tinggi karena asimetri informasi.
3. Perkuat mitigasi risiko
Manajemen risiko yang efektif sangat penting bagi crowdlending untuk melindungi kepentingan investor. Ini termasuk kepatuhan regulasi, pembentukan dana cadangan, asuransi kredit, dan jaminan fidusia yang menjamin si pemberi kredit apabila sewaktu-waktu terjadi wanprestasi (janji dilanggar atau gagal bayar).
Di Indonesia dan Singapura, perusahaan crowdlending harus melaporkan rasio pinjaman yang memiliki kinerja baik dan sebaliknya kepada otoritas moneter setempat. Hal ini membantu menawarkan wawasan tentang keberhasilan platform dalam memenuhi kewajiban pinjaman.
Pendekatan inovatif terhadap jaminan dalam crowdlending juga patut dicatat. Tidak seperti bank tradisional yang memerlukan aset nyata, beberapa platform crowdlending mengadopsi jaminan fidusia. Ini memungkinkan peminjam terus menggunakan aset jaminan mereka sambil memberikan jaring pengaman bagi pemberi pinjaman dalam kasus gagal bayar.
Rekomendasi bagi individu
1. Teliti platform
Investor potensial harus meneliti secara menyeluruh riwayat platform dan tingkat gagal bayar pinjaman. Jika memberi pinjaman, pemilik modal sebaiknya mendiversifikasi investasi di berbagai pinjaman untuk menyebar risiko.
2. Cek perlindungan dari risiko
Investor perlu mempertimbangkan platform yang menawarkan skema asuransi atau perlindungan bagi pemberi pinjaman dan peminjam.
3. Pahami persyaratan dan bunga
Jika meminjam, sangat penting untuk memahami sepenuhnya syarat-syarat, termasuk tingkat bunga dan denda. Terus menyimak informasi tentang perubahan regulasi dan tren industri juga sangat penting.
Modal kepercayaan
Pada dasarnya, seperti banyak lembaga keuangan, crowdlending bergantung pada kepercayaan, yang dapat ditingkatkan secara efektif melalui teknologi canggih, regulasi yang kuat, dan strategi manajemen risiko.
Platform crowdlending harus berfokus pada pembangunan kepercayaan melalui informasi peminjam yang transparan dan strategi manajemen risiko yang kuat, sehingga mendorong ekosistem crowdlending yang lebih aman dan terpercaya bagi semua pihak yang terlibat.
Penulis: Arif Perdana, Associate Professor Digital Strategy and Data Science, Monash University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.