EDISI.CO, BATAM– Perjuangan masyarakat Melayu Pulau Rempang mempertahankan kampung-kampung mereka dari ancaman penggusuran, diganjar penghargaan. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menganugerahkan Tasrif Award 2024 pada perjuangan masyarakat Rempang, bersanding dengan Hendrikus Woro, tokoh adat suku Awyu, Papua.
Tasrif Award adalah penghargaan yang diperuntukkan perorangan maupun kelompok atau lembaga yang gigih memperjuangkan kemerdekaan pers dan kemerdekaan berpendapat. Tasrif Award adalah penghargaan yang diberikan oleh AJI sejak tahun 1998.
Penghargaan ini dinamai dari Suwardi Tasrif, seorang pengacara dan jurnalis yang juga dikenal sebagai pejuang kebebasan pers. Karena dedikasinya, ia kemudian juga dikenal sebagai Bapak Kode Etik Jurnalistik Indonesia.
Pengumuman penghargaan Tasrif Award 2024 ini dilaksanakan di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan pada Jumat (9/8/2024) malam, sempena peringatan 30 tahun AJI.
Warga Rempang ambil bagian dalam kegiatan ini melalui dalam jaringan (daring). Mereka antusias dan bersyukur atas apresiasi AJI untuk perjuangan mempertahankan ruang hidup mereka.
Dari Pulau Rempang, mereka berpesan. Warga dedikasikan penghargaan ini kepada semua masyarakat Indonesia yang tengah berjuang untuk keadilan.
“Penghargaan ini adalah pengingat bahwa kita harus terus bersatu dan memperjuangkan keadilan. Kita harus tegar dan berani dalam menghadapi setiap tantangan yang datang,” kata salah satu warga dalam sambutannya.
Baca juga: Warga Suku Sakai Dipukuli dan Dituduh Mencuri Brondolan Sawit
“Tanah ini adalah warisan nenek moyang kita, ruang hidup ini adalah masa depan anak cucu kita. Teruslah memperjuangkan hak kita dengan semangat yang tak pernah padam.”
Warga juga bersyukur atas dukungan semua pihak, utamanya pada Tim Advokasi Solidaritas Nasional untuk Rempang yang terus membersamai perjuangan mereka. Dukungan itu menjadi kekuatan untuk gerak warga memperjuangkan sesuatu yang mereka yakini sebagai hak.
Siti Hawa (71) warga Pulau Rempang yang ambil bagian menyaksikan penghargaan ini, menuturkan masyarakat terus berjuang untuk menjaga tanah yang telah diwariskan orangtua mereka sejak ratusan tahun lalu ini. Upaya menjaga kampung itu tidak akan berhenti meskipun mereka memgalami intimidasi.
“Pokoknya kami terus tolak relokasi harga mati.”
Konflik agraria yang terjadi di Pulau Rempang, bermula dari rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City yang akan dikelola oleh PT Makmur Elok Graha (MEG).
Pada prosesnya PSN Rempang Eco City ini mengancam eksistensi kampung-kampung yang ada di Pulau Rempang dan sekitarnya. Pemerintah berencana menggusur kampung-kampung yang terdampak PSN Rempang Eco City.
Rencana penggusuran itulah yang ditentang masyarakat Pulau Rempang. Mereka tidak ingin jejak sejarah Masyarakat Melayu di Pulau Rempang hilang. Kampung-kampung mereka di Pulau Rempang adalah warisan dari nenek moyang dan akan menjadi ruang hidup bagi anak dan cucu mereka kelak.
Penolakan itu berujung pada terjadinya bentrok antara Masyarakat Rempang dan aparat pemerintah pada 7 dan 11 September 2023 lalu.
Direktur Safenet, Nenden Sekar Arum, yang manjadi juri pada Tasrif Award 2024, menuturkan pihaknya harus melewati pertemuan berkali-kali untuk menentukan pemenang. Mereka akhirnya memilih dua dari 12 nominasi Tasrif Award 2024 yang terjaring.
Ketua Pelaksana hari ulang tahun (HUT) ke-30 AJI, Bayu Wardhana, menyampaikan pihaknya juga mengadakan pameran foto terkait bagaimana potret PSN di berbagai daerah di Indonesia dan masyarakat yang terdampak atasnya.
Pemilihan Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail sebagai tempat acara, kata dia, sebagai pesan bahwa ruang publik tetaplah harus menjadi hak publik. Dalam satu tahun terakhir masyarakat Indonesia dipertontonkan bagaimana ruang publik lebih condong pada urusan keluarga.
“Pesannya ayo kita rebut ruang publik, jangan sampai jadi ruang keluarga,” kata Bayu.
Ketua AJI, Nany Afrida, dalam HUT ke-30 AJI yang mengangkat tema Membangun Resiliensi di tengah Disrupsi Media dan Menguatnya Otoritarianisme ini, mengatakan jurnalis di Indonesia membutuhkan cara bertahan dan tetap mengobarkan semangat kebebasan pers meskipun dalam tekanan. Itulah kenapa Resiliensi menjadi tema dalam acara ini.
Sepanjang 2024, kata Nany, AJI mencatat ada 40 kasus kekerasan yang menimpa jurnalis di Indonesia, bukan saja secara verbal, tapi juga digital dan seksual. Ini menjadi pekerjaan rumah AJI yang membutuhkan resiliensi tinggi. Nany juga menyampai tantangan lain AJI di tengah disrupsi media dan kemajuan teknologi.
Harapannya AJI menjadi lebih kuat di tengah semua tantangan tersebut.